(ditulis 1Desember2013)
“ternyata hatiku
benar, cintamu hanyalah sekedar tuk sementara. Akhirnya kita harus memilih satu
yang pasti, mana mungkin terus jalani cinta begini. Karna cinta takkan ingkari
takkan terganti kembalilah pada dirinya, biarku yang mengalah, aku terima…”
Cinta Begini -Tangga
Saat ini hujan rajin
sekali membasahi bumi ku ini. Setiap sore ataupun malam hujan datang, turun
dengan derasnya tanpa malu. Aku menyukai hujan, dingin, suara, dan mendung,
menurutku itu unik. Sayangnya, aku menikmati nya tanpa sosok yang kucinta.
Tentu saja kamu bukan lagi untukku, bahkan untuk dia, perempuan yang sekarang
bersamamu.
Aku bisa menyimpulkan
ternyata hujan tidak menunjukkan kebahagiaan untukku, tapi justru melukiskan
betapa menyedihkan hatiku saat ini. Serasa tidak ada cahaya lagi bagi hatiku.
Semuanya tampak mendung, dan kelabu. Bahkan hujan juga telah melukiskan betapa
derasanya mataku mengalirkan airmata ini untuk menangisimu.
Saat ini aku tahu, telah ada seseorang yang menggantikan kehadiranku,
telah ada seseorang lain yang menyapa pagi cerahmu. Kau menyudahi hubunganku
hanya demi dia, hanya karna dia dan semuanya yang aku bangun, semua pondasi
cintaku, hancur. Runtuh dan berserakan dimana-mana. Tak mungkin lagi aku mampu
membangunnya lagi.
Aku sangat sakit,
semua raga ku telah rapuh. Betapa menyakitkan melihat mu bersama perempuan yang
lain. Kamu telah membohongiku, kamu berjanji untuk tidak dengan yang lain. Tapi
melihat kenyataan yang pahit ini rasanya aku ingin menusuk-nusuk kan benda
tajam didadaku, agar semuanya terluapkan.
Kita berpisahpun tanpa
alasan yang jelas. Jika ada pertanyaan: “Apakah kita bahagia?” Aku menjawab nya
: “Iya aku bahagia memilikimu, dan bersamamu, tapi apakah kau bahagia denganku?
Jika iya kenapa kita harus berpisah? Kenapa pula demi yang lain kau ingin
menyelesaikan denganku?”. Sampai saat ini aku tak tahu jawaban yang sebenarnya,
dan membuatku setiap waktu bermain logika untuk menemukan jawab itu. Semua yang
tahu hanya kamu, kamu tahu alasan yang sebenarnya mengapa semua terjadi.
Sudah berkali - kali
ini aku melihatmu bersama dia, jemari yang biasanya menggegam jemariku, kini
telah mengegam jemari nya. Tangan yang biasanya menyentuh pipiku, kini telah
menyentuh pipi nya. Siapa yang tidak sakit hati jika harus melihat yang
seharusnya tidak kulihat.
Sekarang aku tahu rasanya perpisahan,
aku tahu rasanya harus melepaskan yang kucinta untuk yang lain. Yang sejujurnya
tak sanggup untuk aku lakukan. Tapi sepertinya kenyataan bahwa takdir
menuntutku untuk melepaskan segala keindahan bersamamu yang kini telah
terpadukan oleh memori cinta yang justru menyakitkan bagiku sendiri. Kamu yang
dahulu kumiliki tak dapat lagi aku genggam.
Kemana jiwaku? Kemana hatiku? Sudah
hancurkah? Karna benar aku tak lagi merasakan nya lagi. Kenapa? Kenapa takdir
mengubah kebahagiaanku bersama mendungnya hati? Mengapa kau harus melukai ku
hanya demi seorang dia? Kau tak melihat ketulusan hati yang telah kusimpan
untukkmu? Apa matamu terlalu silau hingga kau buta melihat kehadiranku disini?
Aku bahkan berani lelah harus memperjuangkanmu. Tapi, semuanya akan tidak
berarti jika sudah ada lain yang mengisi bilik bilik hatimu.
Aku tampak bodoh dengan semua ini, aku
terlalu munafik. Aku selalu memakai topeng untuk menutupi segala kesedihan yang
sedang kurasakan. Jika sesorang melihat senyumku, itu bukan senyum kebahagiaan
karna selama ini aku mencoba tegar jika aku tersakiti seperti ini. Aku selalu
mengikuti kata hati, kupikir itu membuat semua sempurna, tapi aku salah, dan
aku bodoh sekali. Ini juga salahku, aku tak pintar mengunci hatimu, hingga
sesorang telah mencurunya dariku.
Perempuan mana yang tidak kecewa jika melihat yang dia cintai lebih
memilih pergi meninggalkan demi cinta yang lain?
Kali ini biarkan hatiku teriris,
biarkan aku yang terluka. Biarkan aku menangisimu secara diam-diam tanpa kamu
harus tahu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Yaitu pergi meninggalkanmu
dan, melupakanmu, dan menganggap semua tak pernah terjadi pada kita. Selama ini
aku terlalu sabar saat kau sakiti, tapi sepertinya telah kau sia-siakan aku.
Memang aku seharusnya pergi. Dan mendoakan mu bahagia dengan yang lain. Aku
terlalu memepersalahkan takdir yang menggariskan bahwa aku tidak denganmu lagi.
Aku bukan anak kecil lagi yang merengek-rengek, aku mulai berpikir bahwa suatu
saat airmata yang selama ini kuteteskan untukmu akan berbuah menjadi tawa yang
tak berkesudahan.
Maafkan aku jika aku tak begitu pahami
soal cinta, dan cara menyanyangimu yang benar, tapi yang aku adalah hatiku
selalu bahagia saat aku ada didekatmu. Aku memang membutuhkanmu, tapi
sepertinya dia lebih membutuhkan. Jadi tak apalah jikalau aku yang harus
mengalah, mungkin takdir telah menggariskan kebahagiaanmu bersamanya. Selamat.
“that should be me holding your hand,
that should be me making you laugh”
Me, Girl with fakesmile : )
nice story
BalasHapusThanks. Di share ya boleh.
BalasHapus