Senin, 03 Februari 2014

Melihatmu, bersama yang lain.

(ditulis 1Desember2013)

“ternyata hatiku benar, cintamu hanyalah sekedar tuk sementara. Akhirnya kita harus memilih satu yang pasti, mana mungkin terus jalani cinta begini. Karna cinta takkan ingkari takkan terganti kembalilah pada dirinya, biarku yang mengalah, aku terima…” Cinta Begini -Tangga
                        
            Saat ini hujan rajin sekali membasahi bumi ku ini. Setiap sore ataupun malam hujan datang, turun dengan derasnya tanpa malu. Aku menyukai hujan, dingin, suara, dan mendung, menurutku itu unik. Sayangnya, aku menikmati nya tanpa sosok yang kucinta. Tentu saja kamu bukan lagi untukku, bahkan untuk dia, perempuan yang sekarang bersamamu.
            Aku bisa menyimpulkan ternyata hujan tidak menunjukkan kebahagiaan untukku, tapi justru melukiskan betapa menyedihkan hatiku saat ini. Serasa tidak ada cahaya lagi bagi hatiku. Semuanya tampak mendung, dan kelabu. Bahkan hujan juga telah melukiskan betapa derasanya mataku mengalirkan airmata ini untuk menangisimu.
            Saat ini aku tahu, telah ada seseorang yang menggantikan kehadiranku, telah ada seseorang lain yang menyapa pagi cerahmu. Kau menyudahi hubunganku hanya demi dia, hanya karna dia dan semuanya yang aku bangun, semua pondasi cintaku, hancur. Runtuh dan berserakan dimana-mana. Tak mungkin lagi aku mampu membangunnya lagi.
            Aku sangat sakit, semua raga ku telah rapuh. Betapa menyakitkan melihat mu bersama perempuan yang lain. Kamu telah membohongiku, kamu berjanji untuk tidak dengan yang lain. Tapi melihat kenyataan yang pahit ini rasanya aku ingin menusuk-nusuk kan benda tajam didadaku, agar semuanya terluapkan.
            Kita berpisahpun tanpa alasan yang jelas. Jika ada pertanyaan: “Apakah kita bahagia?” Aku menjawab nya : “Iya aku bahagia memilikimu, dan bersamamu, tapi apakah kau bahagia denganku? Jika iya kenapa kita harus berpisah? Kenapa pula demi yang lain kau ingin menyelesaikan denganku?”. Sampai saat ini aku tak tahu jawaban yang sebenarnya, dan membuatku setiap waktu bermain logika untuk menemukan jawab itu. Semua yang tahu hanya kamu, kamu tahu alasan yang sebenarnya mengapa semua terjadi.
            Sudah berkali - kali ini aku melihatmu bersama dia, jemari yang biasanya menggegam jemariku, kini telah mengegam jemari nya. Tangan yang biasanya menyentuh pipiku, kini telah menyentuh pipi nya. Siapa yang tidak sakit hati jika harus melihat yang seharusnya tidak kulihat.
Sekarang aku tahu rasanya perpisahan, aku tahu rasanya harus melepaskan yang kucinta untuk yang lain. Yang sejujurnya tak sanggup untuk aku lakukan. Tapi sepertinya kenyataan bahwa takdir menuntutku untuk melepaskan segala keindahan bersamamu yang kini telah terpadukan oleh memori cinta yang justru menyakitkan bagiku sendiri. Kamu yang dahulu kumiliki tak dapat lagi aku genggam.
Kemana jiwaku? Kemana hatiku? Sudah hancurkah? Karna benar aku tak lagi merasakan nya lagi. Kenapa? Kenapa takdir mengubah kebahagiaanku bersama mendungnya hati? Mengapa kau harus melukai ku hanya demi seorang dia? Kau tak melihat ketulusan hati yang telah kusimpan untukkmu? Apa matamu terlalu silau hingga kau buta melihat kehadiranku disini? Aku bahkan berani lelah harus memperjuangkanmu. Tapi, semuanya akan tidak berarti jika sudah ada lain yang mengisi bilik bilik hatimu.
Aku tampak bodoh dengan semua ini, aku terlalu munafik. Aku selalu memakai topeng untuk menutupi segala kesedihan yang sedang kurasakan. Jika sesorang melihat senyumku, itu bukan senyum kebahagiaan karna selama ini aku mencoba tegar jika aku tersakiti seperti ini. Aku selalu mengikuti kata hati, kupikir itu membuat semua sempurna, tapi aku salah, dan aku bodoh sekali. Ini juga salahku, aku tak pintar mengunci hatimu, hingga sesorang telah mencurunya dariku.  Perempuan mana yang tidak kecewa jika melihat yang dia cintai lebih memilih pergi meninggalkan demi cinta yang lain?
Kali ini biarkan hatiku teriris, biarkan aku yang terluka. Biarkan aku menangisimu secara diam-diam tanpa kamu harus tahu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Yaitu pergi meninggalkanmu dan, melupakanmu, dan menganggap semua tak pernah terjadi pada kita. Selama ini aku terlalu sabar saat kau sakiti, tapi sepertinya telah kau sia-siakan aku. Memang aku seharusnya pergi. Dan mendoakan mu bahagia dengan yang lain. Aku terlalu memepersalahkan takdir yang menggariskan bahwa aku tidak denganmu lagi. Aku bukan anak kecil lagi yang merengek-rengek, aku mulai berpikir bahwa suatu saat airmata yang selama ini kuteteskan untukmu akan berbuah menjadi tawa yang tak berkesudahan.
Maafkan aku jika aku tak begitu pahami soal cinta, dan cara menyanyangimu yang benar, tapi yang aku adalah hatiku selalu bahagia saat aku ada didekatmu. Aku memang membutuhkanmu, tapi sepertinya dia lebih membutuhkan. Jadi tak apalah jikalau aku yang harus mengalah, mungkin takdir telah menggariskan kebahagiaanmu bersamanya. Selamat.

“that should be me holding your hand, that should be me making you laugh”



Me, Girl with fakesmile : )

2 komentar: