Senin, 03 Februari 2014

Halo, hatiku.

(ditulis 30Januari2013)

Halo hati.
Halo hatiku? Apa kabar mu saat ini?
Sudahkah luka mu tersembuhkan?
Sudahkah perih itu hilang?
Apa justru semakin parah?
Sudah berapa lama kau tak disinggahi?
Sudah berapa lama kau sendiri?
Halo hatiku. Sampai kapan kau akan seperti ini?
Membiarkan semuanya menyakitkan bagimu.
Dia, lagi-lagi dia. Dia memang tega telah melukai dan menyakitimu.

Hati ingatlah pada satu hal. Jika cobaan sepanjang sungai, maka kesabaran akan seluas samudera. Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, dan setelah perpisahan pasti akan datang yang baru. Tapi siapa? Siapa yang akan mengobati luka mu itu? Siapa pula yang akan memungut ceceran hati yang sedang berserakan ini?
Oh hati! Bagaimana kamu bisa disakiti? Apa kau tak pandai mengunci langkahnya, hingga kamu harus kehilangan dia? Bukankah kau tulus kasihmu untuknya?
Dengarkanlah hati, jika esok kau menemukan yang baru. Taruhlah dirimu pada tempat yang tepat. Tempat yang sanggup menjaga dan senantiasa merawatmu. Jangan lagi kau sembarangan menaruh pada tempat-tempat yang salah. Karna bisa saja akan mematahkan mu lagi. Percaya lah pada pepatah, “Saat ingin menikmati kopi yang panas, kau harus menunggu air nya mendidih. Sehingga kamu bisa menyeduhnya dengan nikmat”. Sabarlah, jangan lelah untuk menunggu, karna Tuhan akan memberimu kebahagiaan pada hari yang tepat, pada waktu yang ditentukan oleh kehendak-Nya.
Sekarang, bukalah dirimu, cari hati lain yang pas untuk dirimu. Cobalah pada sesuatu, sesuatu yang mungkin sulit dilakukan. Yaitu, mencoba untuk membenci merindukannya, berhentilah menjadi seorang perindu. Karna apa yang sedang kau rindukan sebenrnya sedang tidak merindukanmu.
Percayalah hati, jika rasamu itu tulus telah disia-siakan, maka jangan takut, tegar kanlah dirimu. Suatu saat kau akan menemukan yang baik dan, jauh lebih baik. Ini adalah cara mendewasakanmu. Anggaplah ini sebuah pembelajaran agar kau lebh berhati-hati dalam memilih cinta.
Tuhan menciptakan pelangi untuk mewarnai indahnya langit setelah hujan usai. Maka Tuhan menghadirkan mu untuk mewarnai cinta yang lain, cinta yang lebih pantas untuk kau beri kasih yang suci.

Selamat menemukan yang baru, semoga cinta tak memperlakukan mu sekejam itu seperti yang sudah-sudah.



Hati ini kusebut cinta. Aku

Melihatmu, bersama yang lain.

(ditulis 1Desember2013)

“ternyata hatiku benar, cintamu hanyalah sekedar tuk sementara. Akhirnya kita harus memilih satu yang pasti, mana mungkin terus jalani cinta begini. Karna cinta takkan ingkari takkan terganti kembalilah pada dirinya, biarku yang mengalah, aku terima…” Cinta Begini -Tangga
                        
            Saat ini hujan rajin sekali membasahi bumi ku ini. Setiap sore ataupun malam hujan datang, turun dengan derasnya tanpa malu. Aku menyukai hujan, dingin, suara, dan mendung, menurutku itu unik. Sayangnya, aku menikmati nya tanpa sosok yang kucinta. Tentu saja kamu bukan lagi untukku, bahkan untuk dia, perempuan yang sekarang bersamamu.
            Aku bisa menyimpulkan ternyata hujan tidak menunjukkan kebahagiaan untukku, tapi justru melukiskan betapa menyedihkan hatiku saat ini. Serasa tidak ada cahaya lagi bagi hatiku. Semuanya tampak mendung, dan kelabu. Bahkan hujan juga telah melukiskan betapa derasanya mataku mengalirkan airmata ini untuk menangisimu.
            Saat ini aku tahu, telah ada seseorang yang menggantikan kehadiranku, telah ada seseorang lain yang menyapa pagi cerahmu. Kau menyudahi hubunganku hanya demi dia, hanya karna dia dan semuanya yang aku bangun, semua pondasi cintaku, hancur. Runtuh dan berserakan dimana-mana. Tak mungkin lagi aku mampu membangunnya lagi.
            Aku sangat sakit, semua raga ku telah rapuh. Betapa menyakitkan melihat mu bersama perempuan yang lain. Kamu telah membohongiku, kamu berjanji untuk tidak dengan yang lain. Tapi melihat kenyataan yang pahit ini rasanya aku ingin menusuk-nusuk kan benda tajam didadaku, agar semuanya terluapkan.
            Kita berpisahpun tanpa alasan yang jelas. Jika ada pertanyaan: “Apakah kita bahagia?” Aku menjawab nya : “Iya aku bahagia memilikimu, dan bersamamu, tapi apakah kau bahagia denganku? Jika iya kenapa kita harus berpisah? Kenapa pula demi yang lain kau ingin menyelesaikan denganku?”. Sampai saat ini aku tak tahu jawaban yang sebenarnya, dan membuatku setiap waktu bermain logika untuk menemukan jawab itu. Semua yang tahu hanya kamu, kamu tahu alasan yang sebenarnya mengapa semua terjadi.
            Sudah berkali - kali ini aku melihatmu bersama dia, jemari yang biasanya menggegam jemariku, kini telah mengegam jemari nya. Tangan yang biasanya menyentuh pipiku, kini telah menyentuh pipi nya. Siapa yang tidak sakit hati jika harus melihat yang seharusnya tidak kulihat.
Sekarang aku tahu rasanya perpisahan, aku tahu rasanya harus melepaskan yang kucinta untuk yang lain. Yang sejujurnya tak sanggup untuk aku lakukan. Tapi sepertinya kenyataan bahwa takdir menuntutku untuk melepaskan segala keindahan bersamamu yang kini telah terpadukan oleh memori cinta yang justru menyakitkan bagiku sendiri. Kamu yang dahulu kumiliki tak dapat lagi aku genggam.
Kemana jiwaku? Kemana hatiku? Sudah hancurkah? Karna benar aku tak lagi merasakan nya lagi. Kenapa? Kenapa takdir mengubah kebahagiaanku bersama mendungnya hati? Mengapa kau harus melukai ku hanya demi seorang dia? Kau tak melihat ketulusan hati yang telah kusimpan untukkmu? Apa matamu terlalu silau hingga kau buta melihat kehadiranku disini? Aku bahkan berani lelah harus memperjuangkanmu. Tapi, semuanya akan tidak berarti jika sudah ada lain yang mengisi bilik bilik hatimu.
Aku tampak bodoh dengan semua ini, aku terlalu munafik. Aku selalu memakai topeng untuk menutupi segala kesedihan yang sedang kurasakan. Jika sesorang melihat senyumku, itu bukan senyum kebahagiaan karna selama ini aku mencoba tegar jika aku tersakiti seperti ini. Aku selalu mengikuti kata hati, kupikir itu membuat semua sempurna, tapi aku salah, dan aku bodoh sekali. Ini juga salahku, aku tak pintar mengunci hatimu, hingga sesorang telah mencurunya dariku.  Perempuan mana yang tidak kecewa jika melihat yang dia cintai lebih memilih pergi meninggalkan demi cinta yang lain?
Kali ini biarkan hatiku teriris, biarkan aku yang terluka. Biarkan aku menangisimu secara diam-diam tanpa kamu harus tahu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Yaitu pergi meninggalkanmu dan, melupakanmu, dan menganggap semua tak pernah terjadi pada kita. Selama ini aku terlalu sabar saat kau sakiti, tapi sepertinya telah kau sia-siakan aku. Memang aku seharusnya pergi. Dan mendoakan mu bahagia dengan yang lain. Aku terlalu memepersalahkan takdir yang menggariskan bahwa aku tidak denganmu lagi. Aku bukan anak kecil lagi yang merengek-rengek, aku mulai berpikir bahwa suatu saat airmata yang selama ini kuteteskan untukmu akan berbuah menjadi tawa yang tak berkesudahan.
Maafkan aku jika aku tak begitu pahami soal cinta, dan cara menyanyangimu yang benar, tapi yang aku adalah hatiku selalu bahagia saat aku ada didekatmu. Aku memang membutuhkanmu, tapi sepertinya dia lebih membutuhkan. Jadi tak apalah jikalau aku yang harus mengalah, mungkin takdir telah menggariskan kebahagiaanmu bersamanya. Selamat.

“that should be me holding your hand, that should be me making you laugh”



Me, Girl with fakesmile : )

Bermimpi tentangmu.

(ditulis 17Januari2014)


Mentari telah menyinari pagi yang indah ini. Teriknya juga sangat hangat untuk menyapa pagiku. Mulai lah aku membuka perlahan mataku. Menyadari kini pagiku sudah tak seindah dulu, membuat ku merenungkan sesuatu yang seharusnya tidak ku bahas di pagi ini.
            Tahu tidak? Semalam aku bermimpi tentang mu,, ini bukan yang pertamakali aku bermimpi tentangmu, tapi ini mungkin yang kesekian kali nya aku memimpikan mu. Didalam mimpi ku kamu terlihat begitu indah, segala nya membahagiakan. aku harusnya sadari bahwa ini mimpi yang salah, aku seharusnya tak perlu lagi memimpikan sosokmu, karna aku tau, aku telah dilupakan olehmu.
            Mungkin saja ini adalah rasa rindu yang tak tersampaikan sehingga aku membawa mu bersama alam mimpiku malam itu. Menyenangkan rasanya didalam mimpi ini, aku terlihat begitu bahagia bersama mu. Aku tidak bisa mendiskripsikan sebarapa bahagia nya aku di mimpi malam indah itu.
            Tersadar bahwa pagi telah membuatku berhenti bertemu dengan mu di alam khayal itu. Akupun masih disini, dengan segala kenangan indah yang bertekuk dengan penyesalan dengan sebuah pertanyaan “ kenapa” kini kusandarkan rasa yang mati.
            Membuatku setiap malam terjebak dalam suasana kenangan mimpi yang begitu indah bersamamu. Waktu berlalu begitu cepat, sampai aku sendiripun tak sadar bahwa saat ini aku bukanlah siapa-siapa bagimu. Bahkan aku telah menasehati segala jiwa dan ragaku. Bahwa mimpi telah membuat ku terlena dengan segala keindahannya, hingga aku terlalu bahagia untuk menikmati tidurku, dan sekaligus menyakitiku. Karna aku tau ini hanyalah mimpi.

Seindah ini kah mimpi? Jika iya, aku ingin terus tidur agar aku bisa merasakan keindahan bersama mu~


                                                                                                            Dreamer.


Senin, 13 Januari 2014

Terimakasih luka


(ditulis 26November2013)

“Mau dikatakan apalagi, kita tak akan pernah satu, engkau disana aku disini, meski hatiku memilihmu” Raisa - Mantan Terindah

Itulah sepotong lirik yang dapat menggambarkan apa yang aku rasakan, dan aku pikirkan saat ini.
Mantan. Seseorang yang pernah menyentuh dasar hatiku, seseorang yang pernah mewarnai kelabu kehidupan ku yang menyedihkan. Maka ijinkan aku menceritakan tentangmu, dan kita.
Hari itu adalah hari pertama kali aku melihatmu, bersama teman perempuan mu, kamu mendatangi aku dikelas. Itulah pertama kali ku aku berkenalan langsung dengan seorang lelaki. Kamu duduk dibangku belakang kelasku, jantungku mulai berdetak kencang dan berpacu seperti sedang dalam pacuan kuda. Aku mulai membenci jantungku ini yang sangat benar-benar berdetak keras. Apalagi, jemari ku yang basah oleh keringat seperti air yang terus terjun dari tanganku. Bahkan jika ada kaca disitu, pasti aku bisa melihat pipi ku merah merona seperti tomat yang sedang matang. Aku benar malu saat berbincang denganmu, jangankan menatap mata mu, mungkin focus pada apa yang kita bicarakan pun aku tidak. Menanyakan sesuatu yang sepertinya tak penting. Aku terlalu takut tingkah ku salah. Memakai seragam batik biru di hari sabtu itulah hari pertama kamu mendatangiku. Aku masih ingat.
Detik berlalu berjutaan, menit berlalu beribuan, dan jam berlalu ratusan. Semua terjadi, 17 Agustus adalah hari indahku, bersama kemerdekaan Indonesia, akupun telah merdeka karna cinta, karna dirimu. Dengan memberi sekuntum mawar merah cantik, cintaku telah termiliki olehmu. Hitam dan putih? Sudah hilang, kini lah saat nya pelangilah akan mewarnai kisah cinta ini. Mungkin lah hari itu hari yang tak pernah terlupakan, lagi-lagi ini adalah hari sabtu. Aku menyukai sabtu. Aku masih ingat.
Disinilah perjalanan dimulai…
Inilah dunia ku yang baru, cinta yang baru, kehidupan kebahagiaan yang baru. Dia telah membuat segalanya menjadi lebih baik, menjadikan semua yang aku lakukan adalah menyenangkan sekali. Bagaikan menembus dimensi yang sulit dilalui. Itulah gila nya cinta. Hati yang sempat remuk, semua telah kembali utuh. Kaulah yang mengembalikan semua kisah cinta yang menyakitkan dan menghabis kan air mata.
Inilah, aku percayakan cinta padamu. Percayakan juga kasih sayang padamu. Semua perasaan telah ku pasrah kan padamu. Tapi, mungkin ini adalah sesuatu yang menyakitkan. Entah kenapa disaat-saat aku mulai percayakan segalanya padamu, semua berubah kelabu dan menyedihkan.
Lagi-lagi, karna cinta. Kabar itu membuat segalanya hancur. Mendengarkan kan cerita dari teman, kamu mulai mendua dibelakang ku. Kamu mulai mengkhinati semua ikrar. Aku membenci Rabu, hari itulah terasa menyakitkan sekali. Pulang sekolah kamu mendatangi kelas, tanpa aku berpikir jauh aku menyudahilah hubungan ini. Kesempatan pun sepertinya tidak ada untukmu di Rabu itu. Itulah terakhir nya aku menatap mata mu. aku ingat rasa nya dihari itu seperti apa. Layaknya gelas yang pecah dan berkeping-keping berserakan dimana-mana. Pelangi yang warna-warni lenyap lah dirabu itu. Rasanya seperti ditampar, menyakitkan dan perih. Aku pun pura-pura tegar didepan semua orang disekitarku, aku malu jika aku harus menunujukan kesedihnaku dihadapan orang lain.
Setelah semua larut dalam kesedihan yang mendalam, kamu hadir lagi, kamu mulai medekati ku sedia kala seperti saat berkenalan. Dengan penuh pertimbangan dan dilema dengan hebatnya. Akhirnya kita kembali. Ya, kita. Kita kembali, setelah melalui cek cok dan segalanya. Aku kembali. Kamu kembali. Aku sebenarnya masih takut tersakiti. Tapi mau bagaimana lagi? Akupun masih punya ribuan partikel cinta  untukmu.
Sudah tau, aku tesakiti olehnya, sudah tau aku dikecewakan olehnya, kenapa aku mau menerima nya untuk kembali lagi? Itulah pertanyaan yang membuat ku juga bingung menjawabnya, aku pusing dengan mencari jawaban itu. Sadarkah? Bahwa cinta adalah kanvas bagi seorang pelukis, panggung bagi seorang penari., benang bagi seorang penjahit, dan ladang bagi seorang petani. Maka penuhilah kanvas dengan goresan-goresan kuas hingga mewujud sebuah lukisan indah dan jangan sampai ada ruang kosong yang tersisa.kuasailah panggungmu lewat tubumu hingga penontong berdecak akan kagum dengan tarianmu. Tenunlah benang perbedaan hingga tercipta sebuah pakaian yang bisa melindungi cinta dari teriknya matahari. Dan, peliharalah ladangmu melalui dialog-dialog sehat sebab cinta perlu ditanam, dan dirawat agar tumbuh.
Inilah yang kusebut cinta. Aku tidak bisa memungkiri kehadirannya. Layaknya aku, aku memilih kembali padamu agar aku bisa menjalani hari indahku lagi, menjalin kisah kasih disekolah yang penuh dengan cerita cinta. Menumbuhkan canda tawa yang tak henti-hentinya menghibur hatiku.
Lagi…
Ini terjadi, entah apa yang terjadi, aku tidak mengerti, apa yang salah padaku aku tidak mengerti. 10 November, aku masih sangat ingat. Ini lebih menyakitkan. Tanpa kejelasan yang sangat tidak jelas, tanpa sepakatan hati, kali ini kamu lah yang menyudahi hubungan ini. Setelah segalanya indah, kini kamu ingkari ikrar lagi, aku bisa apa lagi untukmu? Aku mencoba mempertahankan, tapi spertinya semua tak berarti. Apakah aku ini membosankan? Jika iya pasti ada yang lain? Ada hati lain yang mengisi mu? Remuklah hatiku. Benar pecah gelas ini. Tapi, bukanlah serpihan lagi, tapi entah mungkin tak berwujud lagi, mungkin sudah terbang entah kemana.
Hatiku kacau, aku tidak bisa apa-apa lagi selain merasakan sakit ini. Dengan begitu melihatmu bersama perempuan lain. Kurang sabar apalagi aku? Boleh aku bertanya? “Seperti inikah cinta memperlakukan aku?”. Air mata telah terkuras banyak, ini benar menyakiti ku. Melihat mawar yang sempat kau berikan padaku lalu, membuat aku membanjiri mataku sendiri. Rapuh cintaku, hancurlah, patah, pedih, dan pahit. Ini akhir yang menyakitkan. Selain bahagia, apakah hadirmu juga untuk mengukir luka untuk ku? Tapi kenapa lebih banyak luka daripada bahagia untukku? Kenapa pula kamu datang hanya untuk mencoba memecahkan gelasku? Siapa yang salah? Siapa yang salah? Tidak ada yang menjawab.
Kau tahu, kini pagiku tak sama. Tak ada lagi senyum teduh, tak ada lagi canda tawa yang bisa kita bingkai, dan tak ada lagi dialog yang bisa kita tulis pada lembaran buku diary ku. Aku pun telah memahami bahwa alur kehidupan berputar dan kamu harus pergi dan berganti bersama pagi dengan perempuan lain, bukan aku. Dan takdir? Ia hanya menjalan kan perintah Tuhan.
Mimpi telah menjatuhkan ku. Ya, benar aku telah menyalahkan takdir yang telah membuat kamu meninggalkan aku tersudut dalam ruangan gelap yang sesak dengan airmata. Aku bertanya “Kenapa takdir tak sepakat dengan mimpi kita, kenapa pula ada takdir yang merusak kebersamaan kita?”.
Setiap malam, aku bermimpi tentangmu, selalu, dan selalu terjadi saat malam tanpamu. Didalam mimpi kamu berbicara kepadaku, kamu berbicara agar aku tak terus menerus-menerus mempersalahkan takdir atas apa yang telah terjadi terhadap kita. Aku sadar, mungkin takdir jatuh menyakitkan, tapi mungkin ini yang terbaik, karna yang lain justru mungkin lebih menyakitkan.
Kamu benar, karena takdir telah cukup berbaik hati dengan mempertemukan kita. Dan berbaik hati karna telah memberi kesempatan untuk mencintaimu, dan bahkan kesempatan kita untuk saling memiliki. Dan… kini aku berhenti menyalahkan takdir, dan mulai menyesali apa yang telah terjadi kini.
Sekarang, aku sudah beranjak dewasa. Dan, sudah semestinya aku berpikir lebih rasional dan cerdas. Bukan hanya terkukung dalam dunia dongeng yang semua orang itu tahu itu palsu. Sudah saatnya aku menghapus jauh, membakar potret kebersamaan kita. Berupa abu, dan harus hanyut dan pergi.
Jangan pernah menahanku untuk tetap berdiri dibelakangku, aku ingin membuka hati untuk yang lain dan menutup erat segalanya tentang mu. Sepanjang inikah semua ceritaku. Aku hanya ingin bercerita, mengisahkan kasih kita. Pentingkah bagimu? Mungkin juga tidak pentingkah bagiku? Tidak juga. Aku hanya ingin meluapkan semua yang pernah kualami. Dan hanya memberitahu.
Aku akan melupakanmu, anggap saja begitu. Aku tidak akan lagi memikirkanmu, tapi aku bingung bagaimana cara melupakanmu. Semakin kucoba, semua bayangmu semakin jelas terlihat. Memikirkanmu itu sulit, apalagi memikirkan untuk tidak memikirkanmu itu lebih jauh sulit. Aku tak pernah lupa rasanya mencintai mu, dan tentu saja tak lupa bagaimana sudut pahit itu ada darimu. Hatiku perih harus melakukan ini. Aku tidak merindukanmu, aku hanya rindu merindukanmu, dan dirindukan olehmu.
Kini, kita tak lagi bersama, aku tidak merindukanmu. Tapi, merindukan kita.
Terima kasih telah mendatangkan cinta, dan luka.
Semua itulah awal untuk mendewasakanku, biar saja hanya aku yang merasakan. bahagialah dengan seseorang yang baru untukmu. Terima kasih telah penuh keajaiban, bagiku. Dan akan berdosa jika aku terus-terus mernidukanmu. Aku ingin berjalan, terus berjalan, bahkan berlari menembus dimensi cinta yang lain. Terimakasih untuk pelangi, dan mawar merahnya. Akan kusimpan selagi aku mampu. Terima kasih untuk mantan, seseorang yang pernah menjadi kisah untukku. Ini bukan tentang berlebihan. Tapi tentang rasa.
Sampai jumpa…
Suatu saat…


Segala yang kutulis tidak mesti tentang aku, dan segala yang kamu baca tidak mesti untukmu~




Call me, Ex.